SINOPSIS NOVEL “CONGO”
Fajar
menyingsing di rimba belantara Kongo.
Berangsur-angsur
matahari mengusir hawa pagi yang dingin serta kabut yang lambab. Pohon-pohon
besar dengan batang berdiameter dua belas meter. Secara keseluruhan tempat itu memberi
kesan sebagai dunia raksasa berwarna hijau kelabu, tempat yang asing dan tidak
ramah bagi manusia.
Jan Kruger
meletakkan senapannya, lalu meregangkan otot-ototnya yang kaku. Ia mengamati
perkemahan
ekspedisi yang dijaganya. Kruger bertindak sebagai bwana mukuba. Ia disewa untuk membawa ekspedisi ke Kongo. Pekerjaan yang sudah sering ditanganinya. Ia menguasai bahasa Kiswalihi dan Bantu serta sedikit bahasa Bagindi. Diantara kliennya terdapat rombongan-rombongan geologi dari Amerika. Para ahli geologi itu membawa beberapa peralatan elektronik untuk penelitian dan mengirim laporan harian melalui satelit ke kantor pusat meraka di Houston. Para ahli geologin itu pergi ke daerah Virungga di Zaire, yang terletak di bagian timur laut rimba belantara Kongo. Zaire merupakan Negara terkaya di Afrika dalam hal mineral. Zaire menduduki peringkat pertama sebagai penghasil kobalt dan intan, serta peringkat ke tujuh sebgai penghasil tembaga.
ekspedisi yang dijaganya. Kruger bertindak sebagai bwana mukuba. Ia disewa untuk membawa ekspedisi ke Kongo. Pekerjaan yang sudah sering ditanganinya. Ia menguasai bahasa Kiswalihi dan Bantu serta sedikit bahasa Bagindi. Diantara kliennya terdapat rombongan-rombongan geologi dari Amerika. Para ahli geologi itu membawa beberapa peralatan elektronik untuk penelitian dan mengirim laporan harian melalui satelit ke kantor pusat meraka di Houston. Para ahli geologin itu pergi ke daerah Virungga di Zaire, yang terletak di bagian timur laut rimba belantara Kongo. Zaire merupakan Negara terkaya di Afrika dalam hal mineral. Zaire menduduki peringkat pertama sebagai penghasil kobalt dan intan, serta peringkat ke tujuh sebgai penghasil tembaga.
Para ahli
geologi itu pergi ke hutan Virungga yang bertujuan untuk mencari intan tipe
IIb, yaitu intan yang mempunyai sifat kelistrikkan.
Dalam
perjalannya, mereka menjumpai beberapa tempat pecahan-pecahan tulang berulang.
Ketika mengadakan pemeriksaan, ia menemukan bahwa tulang berulang tersebut
bukan tulang manusia. Melainkan tulang kera colobus, kera yang hidup di atas
pepohonan. Beberapa mereka berjalan, akhirnya mereka pun beristirahat, Kruger
dan para ahli geologi lainnya menyiapkan perkemahan untuk beristirahat dan
melaporkan hasil penelitiannya.
Tiba-tiba
sesuatu membentur dada Kruger. Mula-mula ia menyangka itu serangga, tetapi
setelah diteliti ternyata itu adalah bola mara manusia yang licin dan putih
kemerahan, kemudian ia melihat Misulu, pemimpin dari para ahli geologi
tergeletak dalam posisi terlentang di tengah genangan air yang penuh darah.
Jantung Kruger berdebar-debar ketika ia melihat Misulu yang diserang oleh
gerombolan gorila yang tak tahu dari mana asalnya. Kemudian gorila-gorila itu
langsung menyerang Kruger dan para ahli geologi lainnya tanpa sebab. Mereka
mengacak-acak perkemahan mereka dengan sangat liar. Para ahli geologi itu
langsung tewas seketika. Akan tetapi salah satu dari ahli geologi tersebut
sempat merekam penyerangan dari gerombolan gorila tersebut. Beberapa saat ia
langsung mengirim rekaman video tersebut ke kantor pusat Earth Resources
Technology Services, Inc, di Houston, enam belas kilometer dari perkemahan di
tengah Kongo. Akhirnya rekaman video tersebut diketahui oleh Dr. Karen Ross ,
salah seorang teknisi dari kantor pusat ERTS. Ia sangat terkejut melihat video
tersebut karena video tersebut menyangkan semua perkemahan dan semua yang ada
dalam video tersebut telah hancur.
Untuk mengetahui
kebenaran video tersebut, Ross berkeinginan untuk melakukan ekspedisi susulan
ke hutan Virungga. Akan tetapi, keinginan tersebut sempat mengalami hambatan
yakni Ross di tentang Oleh R.B. Travis untuk melkukan ekspedisi tersebut karena
menurutnya video itu hanya rekayasa belaka dan hal yang sia-sia untuk pergi ke
sana. Ross pun meyakinkan Travis untuk mengizinkan Ross untuk pergi. Ross akan
memimpin ekspedisi susulan ke Virungga bersama Peter Elliot, seorang periset gorila
dan ahli primata yang bekerja di University of California di Barkeley, Elliot
sangat ahli dalam bidan hewan primata terutama gorila. Elliot akan mengajak seekor
gorila yang bernama Amy ke dalam ekspedisi karena menurutnya Amy akan sangat
membantu penelitiannya dalam mengungkap kasus-kasus dengan hewan primata. Ross
pun mengizinkan Elliot membawa Amy ke dalam ekspedisi. Ross juga mengajak
tentara beyaran yang bernama Munro, ia adadah pemandu terbaik untuk penjalanan
berbahya.
Pukul 23.00.
pesawat kargo ERTS berangkat dari landasan bandara Internasional San Francisco menuju
ke timur untuk memulai penerbangan ke Afrika dan menemui Munro. Setelah
beberapa jam di perjalanan, akhirnya mereka sampai di Tangier tempat dimana
Munro berada. Setelah mereka meninggalkan pesawat, mereka langsung bergegas
menuju ke rumah Munro, tak lama kemudian akhirnya mereka sampai di rumah Munro.
Ross dan timnya
langsung berbicara dengan Munro tentang ekspedisinya yang mencari intan
berkualitas industri dan mengungkap rekaman video yang dikirim ke kantor ERTS. Ross
dan Munro tampak serius ketika membicarakan hal tersebut. Munro memang tidak
kaget dengan pembicaraan tersebut karena ia sudah sering dimintai pekerjaan
seperti ini. Akhirnya merekapun sepakat dengan harga yang ditawarkan oleh Ross,
setelah sepakat dengan harga, mereka pun berkemas untuk pergi menuju Nairobi.
Munro mengajak anak buahnya yang bernama Kahega.
Jarak melintasi
Afrika dari Tangier ke Nairobi labih jauh dibandingkan jarak melintasi Samudera
Atlantik dari New York ke London atau penerbangan selama delapan jam. Selama
dalam perjalanan Ross menghabiskan waktu di depan computer. Layar computer
memperlihatkan peta Afrika yang dilintasi garis-garis dengan berbagai warna.
Setelah delapan belas jam dalam perjalanan, akhirnya pesawat kargo ERTS mendarat di Nairobi International Airport.
Sesampainya di sana Travis menelpon dari Houston untuk memberiitahukan pada Ross
bahwa Peterson, salah satu ahli geologi dari ekspedisi Kongo pertama, berhasil
kembali ke Nairobi. Ross menyambut berita tersebut dengan gembira. Akan tetapi
Travis langsung memberiitahukan pada Ross bahwa Peterson telah meninggal.
Peterson ditemukan di hutan dengan keadaan kedua tulang lenganya telah remuk.
Mendengar brita
tersebut Ross lamgsung mencari tahu kebenaran berita dari Travis itu, kemudian
ia bertemu dengan ahli patologi yang telah memeriksa Peterson dan ternyata benar
bahwa Peterson telah meninggal. Ahli patologi itu belum bisa menjelaskan apa
penyebab meninggalnya Peterson, karena ia baru menemukan kasus seperti ini.
Ahli patologi itu menemukan darah dan beberapa helai rambut di bawah kuku
Peterson. Ahli patologi lain menyahut dan mengatakan bahwa darah dan rambut itu
bukan milik manusia karena tidak cocok dengan sampel manusia. Kemudian ahli
patologi itu kembali meneliti darah tersebut. Setelah beberapa menit akhirnya
penelitian itu selasai, kemudian layar video menunjukkan bahwa darah yang ada
di kuku Peterson adalah darah gorila. Ross dan timnya kaget melihat hasil
pemerikasaan tersebut, mereka semakin penasaran dengan kasus yang menimpa
Peterson, karena kasusnya hampir sama dengan rekaman dari para ahli geologi ERTS
yang melakukan ekspedisi ke hutan raya Kongo yang telah dihancurkan oleh
gerombolan gorila liar. Akhirnya mereka pun memutuskan untuk kembali
melanjutkan ekspedisinya.
Pesawat Fokker
milik ERTS akhirnya lepas landas pukul 14.24. ekspedisi ERTS menempuh
perjalanan sejauh delapan ratus empat puluh
kilometer, melintasi perbatasan empat Negara yakni Kenya, Tanzania, Rwada,
dan Zaire. Mereka terbang dari Nairobi ke hutan Barawanda, di tepi hutan raya
Kongo.
Pukuk 22.00,
pesawat yang membawa rombongan ERTS mendarat di Bandara Rawamegena, di dekat
Kigali Rwanda, untuk mengisi bahan bakar. Petugas pengatur lalu lintas udara
pengatur lalu lintas udara setempat menaiki pesawat Fokker itu dengan membawa
clipboard dan sejumlah formulir dan menanyakan tujuan mereka. Munro menjawab Bandara
Rawamagena, yang berarti mereka akan lepas landas, lalu kembali tanpa singgah
di tempat lain. Petugas itu tampak puas dengan jawaban Munro. Petugas itu pun
segera pergi setelah pilot pesawat Fokker menandatangani Fokker formulir yang
dosodorkan padanya. Ross kemudian menjelaskan pada Elliot bahwa para petugas
pengatur lalu lintas udara di Rwada sudah terbisaa menghadapi laporan rencana
penerbangan yang tidak lengkap.
Pelayanan di Bandara Rawamagena ternyata lamban. Mereka harus menunggu dua jam
sebelum bahan bakar diisi, namun Ross yang bisaanya tidak sabar, sekarang bisa
menunggu dengan tenang, Munro pun tidur-tiduran tanpa menghiraukan lamanya
pengisian bahan bakar tersebut.
Elliot langsung
curiga dengan hal tersebut. Tapi Ross menjelaskan bahwa sebagian lapangan
terbang perintis di Afrika hanya berupa lintasan tanah di tengah hutan. Para
pilot tak bisa mendarat pada malam hari, karena landasan sering kali terhalang
binatang-binatang liar, perkemahan suku pengembara, atau pesawat lain yang
mendarat lebih dulu. Elliot pun menrima penjelasan dari Ross. Setelah Elliot
mengerti kemudian mereka beristirahat untuk menunggu pengisian bahan bakar
pesawat mereka kan kembali melanjutkan perjalanannya.
Lima jam setelah
mereka betolah dari Rawamagena, pemandangan pun mulai berubah. Setelah berada
di Goma, yang terletak di perbatasan Zaire, mereka mulai melintasi ujung timur
hutan raya Kongo. Elliot langsung memandang keluar jendela dan ia pun
terkagum-kagum melihat pemandangan yang berada di luar pesawat.
Dalam cahaya
pagi yang suram, ia melihat gumpalan-gumpalan kabut tipis menyelubungi atap
dedaunan. Sesekali ada sungai berlumpur yang meliuk-liuk dan jalan tanah yang
menyerupai garis merah. Tapi sebagian besar pemandangan yang di bawah kelihatan
berupa hutan lebat, membentang sejauh mata memandang. Pemandangannya membuat
hati menjadi kagum. Masing-masing pohonnya memiliki batang berdiameter dua belas meter dan menjulang
setinggi enam puluh meter.
Munro dan Kahega
memandang keluar jendela. Mula-mula mereka hanya melihat iring-iringan jip
hijau yang sedang menyusuri jalan berlumpur jau di bawah mereka. Sepintas
kelihatannya seperti konvoi kendaraan militer. Pesawat mereka kini sedang
terbang ke timur, menjauhi hutan raya Kongo dan mengarah ke daerah daratan
tinggi berbukit-bukit.
Beberapa menit
kemudian Elliot mendengar ledakan dan pesawat mereka terguncang keras. Elliot
pun langsung berlari ke jendela dan melihat jalur uap putih yang membentuk
garis lurus, diakhiri awan asap hitam di
sebelah kanan mereka. Pesawan Fokker itu membelok tajam dan miring ke arah
hutan. Pesawat mereka kembali di tembak oleh peluru kendali dan pesawat itu pun
terguncang
Sesuatu yang
menyerang menyerang mereka adalah FZA atau Forcer Zairoises Armoises yang merupakan angkatan bersenjata Zaire.
Mereka menembak pesawat Ross dan timnya karena dianggap telah melanggar jalur
udara Zaire.
Ketika pesawat
mereka dalam keadaan bahaya. Munro mempunyai rencana untuk terjun dari pesawat
menggunakan parasut karena Munro menganggap pesawat yang ditumpangi mereka
sudah rusak parah. Mula-mula Ross menganggap rencana Munro terlalu berbahaya,
namun meyakinkan Ross bahwa rencananya layak dicoba. Ross lalu menganalisa
rencana Munro pada computer dan ternyata hasilnya cukup meyakinkan. Akhirnya
mereka setuju untuk terjun dari pesawat menggunakan parasut. Setelah mereka
menyiapkan parasutnya masing-masing, akhirnya mereka siap untuk terjun. Satu per
satu dari mereka tejun dari pesawat sambil membawa peralatan-perlatan mereka.
Pesawat Fokker di atas mereka pun terbang menjauh.
Setelah mereka
sampai di bawah atau di hutan, mereka langsung mengumpulkan perlengkapan yang
berserakan dan mengubur semua parasut. Dua puluh menit kemudian mereka mulai
mengawali perjalanan sejau tiga ratus meter yang akan membawa mereka ke bagian
timur Kongo yang belum pernah dijajaki.
Setelah pulih
dari ketegangan akibat terjun menggunakan parasut, Elliot mulai menikmati perjalanan
menembus hutan Barawana. Ia mulai menyukai situasi yang tengah dihadapinya.
Segala sesuatu serba baru baginya. Ia asyik mendengarkan suara
binatang-binatang penghuni hutan.
Satu jam
kemudian mereka tiba di suati lapangan terbuka yang digunakan sebagai lading
ubi kayu. Beberapa potong pakaian yang sedang di jemur tampak memgepak-ngepak
karena tiupan angin lembut. Mereka sempat ketakutan karena sempat melihat suku
Kigani, yang melakukan kanibalisme. Akan tetapi, Suku Kigani tidak sempat
meilihat mereka, jadi Ross dan timnya terbebas dari Suku Kigani.
Keesokan
paginya, mereka memasuki hutan tropis Kongo yang suram dan lembab. Ketika
mereka sedang beristirahat mereka bertemu dengan seorang yang berasal dari Suku
Pygmy yang keluar dari semak belukar, kemudian Munro berbicara kepada orang
pygmy itu dan menanyakan apa menyebabkan mereka menghampiri Ross dan timnya.
Orang pygmy itu sepertinya ingin menyampaikan sesuatu kepada mereka, kemudian
orang pygmy itu memungut ranting kayu dan menggoreskan huruf-huruf besar di
tanah yang becek. Orang pygmy itu menggambar dengan hati-hati, ternyata orang
pygmy itu menuliskan “E R T S”. orang pygmy mengatakan ada seseorang yang
memakai baju ERTS yang sedang sakit parah dan disimpan di desa mereka. Ross
langsung memberiitahukan pada Munro untuk segera pergi ke desa orang pygmy itu.
Akhirnya mereka pun pergi ke desa orang pygmy itu. Setelah lama berjalan
akhirnya mereka sampai di desa orang pygmy itu. Setelah mereka sampai Ross dan
timnya diajak ke tempat orang yang memakai baju ERTS itu, disana mereka
menemukan pria berusia sekitar tiga puluh tahunan dan berjanggut sedanga duduk
bersila di ambang pintu sambil memandang keluar. Setelah beberapa saat Ross
menyadari bahwa orang itu adalah Bob Driscoll, salah seorang ahli geiologi yang
ikut ekspedisi Kongo pertama, salah satu orang pygmy mengatakan bahawa Driscoll
muncul empat hari yang lalu.
Dari empat hari
yang lalu, Driscoll belum dapat berbicara belum bisa berbicara dan dia pun tak
bergerah sedikit pun. Lalu Elliot maju untuk menpatap matanya, tapi ketika
Elliot mendekat, Driscoll mengeritkan hidungnya, lalu seluruhnya menegang dan
ia langsung menjerit dengan kencang. Elliot pun langsung terkejut dan langsung
mundur, Driscoll pun kembali tenang. Orang pygmy mengatakan bahwa bau Elliot
seperti gorila. Mungkin Driscoll merasa trauma dengan gorila atau sesuatu yang
ada hubungannya dengan gorila. Merasa kaget dengan kejadian tersebut Ross tak
dapat membawa Driscoll karena ia sangat sensitive terhadap gorila apalagi ada
seekor gorila dalam ekspedisinya.
Dua jam kemudian
mereka kembali melanjutkan perjalanan. Untuk melanjutkan perjalanan Munro
mengusulkan untuk melewati Sungai Ragora menggunakan perahu karet. Mereka pun
setuju dengan rencana Munro. Munro membagi mereka dalam dua perahu. Munro naik
perahu yang pertama sedangkan perahu kedua diisi oleh Ross, Elliot, Amy, dan
Kahega.
Selama dua jam
pertama si sungai Ragora, tak ada yang membuat kesalahan. Elliot merasa luar bisaa
tentram ketika duduk di haluan perahu, memperhatikan hutan di kedua sisi sungai
dalam suasana hening. Kini sungai Ragora membelok. Mereka melewati sebuah
tikungan dan mendengar bunyi gemuruh yang semakin keras. Laju kedua perahu itu
semakin kencang, sehingga sukar memfokuskan perhatian pada dinding ngarai yang
licin.
Berkali-kali
perahu Munro yang di depan menghilang dari pendangan, kadang-kadang sampai
bermenit-menit tersembunyi di balik gelombang raksasa yang diam di tempat. Di
dasar ngarai yang tak terjangkau cahaya matahari, tiba-tiba kedua perahu itu
terseret arus, membentur dinding karang, dan berputar-putar, sementara para
penumpang mengumpat dan menghalau tebing-tebing dengan dayung yang dipegang
oleh masing-masing. Akan tetapi arus air sungai Ragora terlau kuat sehingga
mereka pun terjatuh dari perahu. Amy berbaring dalam posisi terlentang, terikat
ke sisi perahu. Elliot terus dihantui ketakutan bahwa Amy akan tenggelam di
tengah terjangan ombak, dan bukan itu saja cobaan yang diberikan oleh alam
untuk mereka. Kawanan nyamuk yang haus darah menyerupai awan hitam di dasar
ngarai yang bergejolak dan mengamuk meyerang mereka. Kedua perahu itu pun
terhempas. Mereka berusaha terus mengeluarkan air dari perahu sambil
mengepuk-ngepuk nyamuk. Akhirnya arus yang semula deras menjadi pelan dan
dinding ngarai menjauh. Suasana di sungai Ragora kembali tenang dan mereka pun
kembali beristirahat dengan tenang.
Mereka mengikuti
arus selama satu jam sampai akhirnya mereka kembali berada di tengah hutan
tropis Afrika yang datar, Sungai Ragora kini mengalir perlahan. Akhirnya menepi
dari sungai Ragora dan memutuskan untuk kembali berjalan karena perahu yang
mereka tumpangi sudah bocor dan tak layak pakai.
Pukul 10.00
dengan suhu dua puluh derajat celcius. Mereka meringkuk di bawah pohon-pohon
cemara yang terletak di ketinggian 2.400
meter di lereng gunung Mukenko. Di ketinggian 2.700 meter tak terlihat lagi
pohon-pohon cemara dan mereka mulai melintasi padang rumput yang di selubungi
kabut dingin. Tak lama kemudian mereka mulai mencium bau belerang yang terbawa
angin dari puncak. Pada malam harinya mereka melihat lahar membara di
celah-celah kerak yang retak-retak dan gelap. Di tepi kawah tenda-tenda mereka
memantulkan cahaya merah yang terpancar dari lahar. Hutan Kongo membentang
berkilo-kilo meter di bawahnya. Mereke melihat kedua sinar laser hijau
bersilangan di atas hutan gelap gulita.
Pada pagi
harinya mereka sarapan dengan tenang. Mereka bersantai di bawah sinar matahari
dan bermain-main bersama Amy. Baru pukul 10.00 mereka mulai menuruni lereng
Mukenko ke arah hutan. Berhubung lereng barat Mukenko tak dapat dilewati karena
terlau curam, mereka pun turun sejauh 750 meter di bagian dalam kawah gunung
merapi yang berasap. Asari, pengangkut yang paling kuat terpaksa menggendong
Amy karena batu-batu yang mereka lewati terlau panas untuk kaki telanjang Amy.
Setelah berjalan beberapa meter dari puncak Mukenko, merekapun beristirahat
untuk menghilangkan kelelahan.
Dua jam setelah
beristirahat, mereka pun kembali melanjutkan ekspedisinya. Ketika mereka sedang
melewati lapangan terbuka di tengah hutan, tiba-tiba meraka bertemu dengan gorila
jantan yang muncul dari semak belukar. Gorila jantan itu berdiri di belakang
mereka sambil mengeluh keras-keras untuk menggertak mereka. Gorila jantan itu
sangatbesar dengan punggung bulu perak. Tinggi badannya lebih dari seratus
delapan puluh sentimeter dan beratnya lebih dari dua ratus kilogram. Gorila itu
berjalan dan mengeluarkan suara “ho-ho-ho” yang amat keras, kemudian gorila itu
memukul-mukul dadanya dengan telapak tangan, kemudian gorila jantan itu menatap
Elliot seakan-akan menyangka Elliot akan kabur terbirit-birit. Ketika melihat
Elliot berdiri diam saja, gorila langsung bangkit dan memukul-mukul dada dan meraung yang lebih keras lagi, tiba-tiba gorila
itu menyerang Elliot. Akan tetapi Ross menolong Elliot dengan menerjang ke arah
Elliot. Elliot melihat Ross menahan napas. Elliot ingin berbalik dan melarikan
diri. Akan tetapi nalurinya mengatakan harus berbuat seperti Ross, akhirnya ia
memakasakan diri untuk tidak bergerak
dan menahan nafas. Setelah beberpa lama mereka bagaikan patung akhirnya gorila
itu pergi meninggalkan mereka.
Menjelang malam,
mereka menemukan sisa-sisa perkemahan ERTS yang pertama. Perkemahan itu hampir
tidak kelihatan karena sudah dirambati sulur-sulur tumbuhan , tak banyak yang
tersisa. Mereka hanya menemukan bebepara robekan kain nilon berwarna jingga, panci
alumunium yang penyok serta kamera video yang hancur. Rangkaian-rangkaian
elektroniknyaberserakan di tanah. Mereka tidak menemukan satu mayat pun di
perkemahan itu, mungkin mayat mereka telah dimakan oleh binatang buas. Mereka
pun memutuskan untuk beristirahat di tempat perkemahan ERTS yang pertama.
Jam demi ham
berlalu. Tak ada bunyi apapun selain obrolan Munro bersama anak buahnya. Waktu
menunjukan pukul satu dini hari, tiba-tiba Munro mendengar bunyi napas dari
semak belukar, mereka segera membidikkan senapan ke kegelapan yang mengelilingi
mereka. Tiba-tiba seekor gorila menghampiri Elliot yang sedang duduk di belakang
tenda, seketika Elliot langsung tiarap. Ternyata gorila yang menyerang mereka
tidak hanya satu, gorila-gorila lainnya dating dari segala arah. Enam gorila menerjang
secara bersamaan. Serangan dari gerombolan gorila itu dating secara
bergelombang. Elliot melihat gorila pada dahan-dahan pohon yang membentang dari
atas perkemahan. Munro dan Kahega berusaha menembak gorila-gorila tersebut dan
berhasil menembak mati dua gorila. Elliot meraih tabung hitam pada tripod
pertama dan mencabutnya, gorila itu menerjang Ellito ketika Elliot mencabut
perendam suara dari tripod ketiga, lalu segera tiarap di tanah.
Suara senapan
mesin yang memekakan telingan serta bubuk mesiu ternyata efektif untuk menghalau
serangan dari gerombolan gorila tersebut. Sedikit demi sedikit grorila-gorila
itu mundur dengan perlahan dan akhirnya gorila-gorila itu pun pergi, namun ada
sebagian gorila yang tergeletak di tanah tang telah mayi akibat dari tembakan
mereka.
Keesokan
harinya, Elliot menghabiskan dua jam memeriksa gorila-gorila itu. Hasil
pemerikasaan dari Ellior menunjukan bahwa gorila-gorila itu adalah jantan.
Cirri yang paling menonjol adalah bulu mereka yang kelabu. Berdasarkan
pemerikasaan gorila-gorila itu tak lebih dari sepuluh tahun.
Mereka semakin
penasaran, apa yang menyebabkan gorila-gorila itu bisa menyerang manusia. Hal
tersebut sama persis dengan apa yang dialami oleh para ahli geologi yang
melakukan ekspedisi ERTS pertama. Mereka pun berusaha untuk menyelidiki hal
tersebut.
Tempat yang
paling tepat untuk mengawali penyelidikan adalah bangunan kuil. Sore harinya
mereka pergi ke kuil yang berada di Kota Hilang atau Kota Zinj. Kota Zinj
adalah kota yang tak berpenghuni akibat dari letusan gunung Mukenko beberaparatus
tahun yang lalu dan kini gunung Mukenko masih tetap aktif dan akan terbangun
dari tidurnya yang panjang. Disana mereka menemukan sederet ruangan kecil yang
dihiasi oleh gambar-gambar. Gambar pertama menunjukan pria Afrika berdiri
bersama gorila yang menggunakan tali pengikat leher, gambar kedua
memperlihatkan orang Afrika yang sedang melatih gorila di pekarangan dalam, dan
gambar terakhir menunjukan gorila-gorila menyerang barisan boneka jerami. Mereka
kaget setelah melihat gambar-gambar tersebut, ternyata gambar tersebut
menunjukan bahwa orang-orang Afrika dahulu melatih para gorila untuk melindungi
tambang intan dan membunuh bagi siapa saja yang mengincar intan tersebut.
Setelah pergi
meninggalkan kuil, mereka menyusuri lereng-lereng bukit di sebelah utara kota.
Tak lama kemudian mereka menemukan jejak gorila, serta sarang-sarang yang
berada di atas pohon. Munro gelisah dengan apa yang dilihatnya yang menunjukan
beberapa pohon berisi dua puluh sampai tiga puluh sarang yang merupakan
populasi gorila yang cukup besar. Sepuluh menit kemudian, mereka menemukan
puluhan gorila kelabuyang sedang makan. Meskipun binatang-binatan tersebut
tampak tenang, namun orang-orang yang memperhatikannya dicekam ketegangan
karena begitu dekatnya dengan mereka. Akhirnya, Munro memberi aba-aba untuk
segera meningggalkan tempat tersebut dan kembali ke perkemahan.
Pukul 22.30
mereka kembali ke perkemahan sambil diguyur hujan lebat. Lima menit kemudian,
tiba-tiba mereka diserang oleh gorila-gorila liar, kedatangan mereka tak
diketahui di tengah hujan yang lebat. Serangan mereka berlangsung cepat. Dalam
beberapa detik saja mereka berhasil merobohkan pagar yang dibangun oleh Ross
dan kawan-kawan. Munro, Kahega, dan Ross menembakan senapan laser, namun
hasilnya tak seperti yang diharapkan. Kini semua orang terlibat dalam
pertempuran yang dibarengi dengan hujan lebat. Ketika gorila itu sedang
menghancurkan perkemahan dan menyerang mereka, tiba-tiba hutan Kongo dilanda
gempa akibat aktifitas gunung Mukenko. Akibat adanya gempa tersebut, akhirnya gorila-gorila
itu pergi meninggalkan mereka karena ketakutan. Ross dan dan timnya selamat
dari gempa dan serangan gorila-gorila tersebut. Setelah gorila-gorila itu pergi
dan gempa berhenti, Ross dan kawan-kawan kembali memberieskan perkemahannya dan
kembali beristirahat.
Keesokan paginya
seluruh perkemahan tertutup lapisan abu hitam tipis dan tampak gunung Mukenko
sedang menyemburkan abu vulkanik. Sepanjang malam sampai pagi mereka selalu marasakan
gempa yang ditimbulkan dari aktifitas gunung Mukenko. Namun Ross tak
memperdulikan hal tersebut. Beberapa saat sebelum tengah hari upaya mereka
selama ini akhirnya membuahkan hasil. Di bukit sebelah timur kota Zinj, mereka
menimbulkan sejumlah terowongan yang menembus ke lereng gunung Mukenko. Di sana
mereka menemukan tonjolan-tonjolan batu buram yang besar dan ternyata
tonjolan-tonjolan tersebut adalah barang berharga yang selama ini mereka cari
yaitu intan tipe IIb. Dengan menggunakan parangnya, Munro dan Kahega langsung
mencungkil dan memukul-mukulkan parangnya ke tonjolan-tonjolan itu. Ia langsung
memperoleh enam ratus karat intan dan memasukannya ke dalam kantung. Kemudian
mereka memasang bom untuk menghancurkan intan tersebut, setelah bom itu siap
diledakkan, mereka pun pergi meninggalkan terowongan tersebut. Dan terdengar
suara ledakan dari dalam terowongan serta intan-intan berhamburan. Mereka pun
segera mengambil intan-intan tersebut. Akan tetapi kesenangan mereka tak
berlangsung lama. Kawasan Virungga, di Kongo dilanda gempa 8 skala Ritcher,
mereka pun segera meninggalakan tempat tersebut.
Satu jam
kemudian mereka sampai di tempat yang lebih tinggi, dari sana mereka menatap
kota yang terselubung asap dan menyaksikan sederetan pohon mendadak menyala
akibat aliran lahar. Mereka mendengar raungan-raungan kesakitan gorila-gorila
dan binatang-binatang lainnya.
Setelah abu
vulkanik mulai menyurut, mereka langsung menuju bangkai pesawat C-130. Dalam
waktu enam jam mereka sampai di tempat bangkai pesawat C-130. Di sana mereka
menemukan balon gas yang dapat membawa mereka pulang, mereka pun mencoba
menyalakan balon gas tersebut dan ternyata berhasil. Akhirnya balon tersebut
terangkat pada ketinggian 600 meter dan terbawa ke arah timur, menjauhi
hamparan hutan belantara, melintasi kawah Mukenko. Dan dari sana balon itu
menyebrangi perbatasan Zaire dan dan terbawa ke arah tenggara dan menuju Kenya.
Dari sana mereka pun selamat dan dapat kembali dengan selamat membawa beberapa
ratus karat intan murni.
Tanggal 23
Oktober 1979, Karen Ross mengundurkan diri dari ERTS dan pindah ke US
Geographical Servicer di South Dakota yang terlibat dalam kegiatan yang
berkaitan dengan pihak militer. Lalu ia menikah dengan John Bellingham, seorang
ilmuan dari EDC
Tanggal 30
Oktober, Peter Elliot mengambil cuti tanpa batas, di Barkeley Departement of
Zology, sedangkan Amy bis bebas berkeliaran di hutan bersama teman-temannya.
Munro berhasil memperoleh keuntungan besar setelah ia
menjual 31 karat intan tipe IIb di bursa Amsterdam pada akhir tahun 1979.
Intan-intan tersebut dibeli oleh Intel. Inc, sebuah perusahaan mikronik
Amerika.
Terimakasih sekali
BalasHapusSangat membantu