penyejuk

penyejuk

Sabtu, 11 Juni 2011

SINOPSIS NOVEL “CONGO”



SINOPSIS NOVEL “CONGO”



Fajar menyingsing di rimba belantara Kongo.
Berangsur-angsur matahari mengusir hawa pagi yang dingin serta kabut yang lambab. Pohon-pohon besar dengan batang berdiameter dua belas meter. Secara keseluruhan tempat itu memberi kesan sebagai dunia raksasa berwarna hijau kelabu, tempat yang asing dan tidak ramah bagi manusia.
Jan Kruger meletakkan senapannya, lalu meregangkan otot-ototnya yang kaku. Ia mengamati perkemahan
ekspedisi yang dijaganya. Kruger bertindak sebagai bwana mukuba. Ia disewa untuk membawa ekspedisi ke Kongo. Pekerjaan yang sudah sering ditanganinya. Ia menguasai bahasa Kiswalihi dan Bantu serta sedikit bahasa Bagindi. Diantara kliennya terdapat rombongan-rombongan geologi dari Amerika. Para ahli geologi itu membawa beberapa peralatan elektronik untuk penelitian dan mengirim laporan harian melalui satelit ke kantor pusat meraka di Houston. Para ahli geologin itu pergi ke daerah Virungga di Zaire, yang terletak di bagian timur laut rimba belantara Kongo. Zaire merupakan Negara terkaya di Afrika dalam hal mineral. Zaire menduduki peringkat pertama sebagai penghasil kobalt dan intan, serta peringkat ke tujuh sebgai penghasil tembaga.
Para ahli geologi itu pergi ke hutan Virungga yang bertujuan untuk mencari intan tipe IIb, yaitu intan yang mempunyai sifat kelistrikkan.
Dalam perjalannya, mereka menjumpai beberapa tempat pecahan-pecahan tulang berulang. Ketika mengadakan pemeriksaan, ia menemukan bahwa tulang berulang tersebut bukan tulang manusia. Melainkan tulang kera colobus, kera yang hidup di atas pepohonan. Beberapa mereka berjalan, akhirnya mereka pun beristirahat, Kruger dan para ahli geologi lainnya menyiapkan perkemahan untuk beristirahat dan melaporkan hasil penelitiannya.
Tiba-tiba sesuatu membentur dada Kruger. Mula-mula ia menyangka itu serangga, tetapi setelah diteliti ternyata itu adalah bola mara manusia yang licin dan putih kemerahan, kemudian ia melihat Misulu, pemimpin dari para ahli geologi tergeletak dalam posisi terlentang di tengah genangan air yang penuh darah. Jantung Kruger berdebar-debar ketika ia melihat Misulu yang diserang oleh gerombolan gorila yang tak tahu dari mana asalnya. Kemudian gorila-gorila itu langsung menyerang Kruger dan para ahli geologi lainnya tanpa sebab. Mereka mengacak-acak perkemahan mereka dengan sangat liar. Para ahli geologi itu langsung tewas seketika. Akan tetapi salah satu dari ahli geologi tersebut sempat merekam penyerangan dari gerombolan gorila tersebut. Beberapa saat ia langsung mengirim rekaman video tersebut ke kantor pusat Earth Resources Technology Services, Inc, di Houston, enam belas kilometer dari perkemahan di tengah Kongo. Akhirnya rekaman video tersebut diketahui oleh Dr. Karen Ross , salah seorang teknisi dari kantor pusat ERTS. Ia sangat terkejut melihat video tersebut karena video tersebut menyangkan semua perkemahan dan semua yang ada dalam video tersebut telah hancur.
Untuk mengetahui kebenaran video tersebut, Ross berkeinginan untuk melakukan ekspedisi susulan ke hutan Virungga. Akan tetapi, keinginan tersebut sempat mengalami hambatan yakni Ross di tentang Oleh R.B. Travis untuk melkukan ekspedisi tersebut karena menurutnya video itu hanya rekayasa belaka dan hal yang sia-sia untuk pergi ke sana. Ross pun meyakinkan Travis untuk mengizinkan Ross untuk pergi. Ross akan memimpin ekspedisi susulan ke Virungga bersama Peter Elliot, seorang periset gorila dan ahli primata yang bekerja di University of California di Barkeley, Elliot sangat ahli dalam bidan hewan primata terutama gorila. Elliot akan mengajak seekor gorila yang bernama Amy ke dalam ekspedisi karena menurutnya Amy akan sangat membantu penelitiannya dalam mengungkap kasus-kasus dengan hewan primata. Ross pun mengizinkan Elliot membawa Amy ke dalam ekspedisi. Ross juga mengajak tentara beyaran yang bernama Munro, ia adadah pemandu terbaik untuk penjalanan berbahya.
Pukul 23.00. pesawat kargo ERTS berangkat dari landasan bandara Internasional San Francisco menuju ke timur untuk memulai penerbangan ke Afrika dan menemui Munro. Setelah beberapa jam di perjalanan, akhirnya mereka sampai di Tangier tempat dimana Munro berada. Setelah mereka meninggalkan pesawat, mereka langsung bergegas menuju ke rumah Munro, tak lama kemudian akhirnya mereka sampai di rumah Munro.
Ross dan timnya langsung berbicara dengan Munro tentang ekspedisinya yang mencari intan berkualitas industri dan mengungkap rekaman video yang dikirim ke kantor ERTS. Ross dan Munro tampak serius ketika membicarakan hal tersebut. Munro memang tidak kaget dengan pembicaraan tersebut karena ia sudah sering dimintai pekerjaan seperti ini. Akhirnya merekapun sepakat dengan harga yang ditawarkan oleh Ross, setelah sepakat dengan harga, mereka pun berkemas untuk pergi menuju Nairobi. Munro mengajak anak buahnya yang bernama Kahega.
Jarak melintasi Afrika dari Tangier ke Nairobi labih jauh dibandingkan jarak melintasi Samudera Atlantik dari New York ke London atau penerbangan selama delapan jam. Selama dalam perjalanan Ross menghabiskan waktu di depan computer. Layar computer memperlihatkan peta Afrika yang dilintasi garis-garis dengan berbagai warna. Setelah delapan belas jam dalam perjalanan, akhirnya pesawat kargo ERTS  mendarat di Nairobi International Airport. Sesampainya di sana Travis menelpon dari Houston untuk memberiitahukan pada Ross bahwa Peterson, salah satu ahli geologi dari ekspedisi Kongo pertama, berhasil kembali ke Nairobi. Ross menyambut berita tersebut dengan gembira. Akan tetapi Travis langsung memberiitahukan pada Ross bahwa Peterson telah meninggal. Peterson ditemukan di hutan dengan keadaan kedua tulang lenganya telah remuk.
Mendengar brita tersebut Ross lamgsung mencari tahu kebenaran berita dari Travis itu, kemudian ia bertemu dengan ahli patologi yang telah memeriksa Peterson dan ternyata benar bahwa Peterson telah meninggal. Ahli patologi itu belum bisa menjelaskan apa penyebab meninggalnya Peterson, karena ia baru menemukan kasus seperti ini. Ahli patologi itu menemukan darah dan beberapa helai rambut di bawah kuku Peterson. Ahli patologi lain menyahut dan mengatakan bahwa darah dan rambut itu bukan milik manusia karena tidak cocok dengan sampel manusia. Kemudian ahli patologi itu kembali meneliti darah tersebut. Setelah beberapa menit akhirnya penelitian itu selasai, kemudian layar video menunjukkan bahwa darah yang ada di kuku Peterson adalah darah gorila. Ross dan timnya kaget melihat hasil pemerikasaan tersebut, mereka semakin penasaran dengan kasus yang menimpa Peterson, karena kasusnya hampir sama dengan rekaman dari para ahli geologi ERTS yang melakukan ekspedisi ke hutan raya Kongo yang telah dihancurkan oleh gerombolan gorila liar. Akhirnya mereka pun memutuskan untuk kembali melanjutkan ekspedisinya.
Pesawat Fokker milik ERTS akhirnya lepas landas pukul 14.24. ekspedisi ERTS menempuh perjalanan sejauh delapan ratus empat puluh  kilometer, melintasi perbatasan empat Negara yakni Kenya, Tanzania, Rwada, dan Zaire. Mereka terbang dari Nairobi ke hutan Barawanda, di tepi hutan raya Kongo.
Pukuk 22.00, pesawat yang membawa rombongan ERTS mendarat di Bandara Rawamegena, di dekat Kigali Rwanda, untuk mengisi bahan bakar. Petugas pengatur lalu lintas udara pengatur lalu lintas udara setempat menaiki pesawat Fokker itu dengan membawa clipboard dan sejumlah formulir dan menanyakan tujuan mereka. Munro menjawab Bandara Rawamagena, yang berarti mereka akan lepas landas, lalu kembali tanpa singgah di tempat lain. Petugas itu tampak puas dengan jawaban Munro. Petugas itu pun segera pergi setelah pilot pesawat Fokker menandatangani Fokker formulir yang dosodorkan padanya. Ross kemudian menjelaskan pada Elliot bahwa para petugas pengatur lalu lintas udara di Rwada sudah terbisaa menghadapi laporan rencana penerbangan  yang tidak lengkap. Pelayanan di Bandara Rawamagena ternyata lamban. Mereka harus menunggu dua jam sebelum bahan bakar diisi, namun Ross yang bisaanya tidak sabar, sekarang bisa menunggu dengan tenang, Munro pun tidur-tiduran tanpa menghiraukan lamanya pengisian bahan bakar tersebut.
Elliot langsung curiga dengan hal tersebut. Tapi Ross menjelaskan bahwa sebagian lapangan terbang perintis di Afrika hanya berupa lintasan tanah di tengah hutan. Para pilot tak bisa mendarat pada malam hari, karena landasan sering kali terhalang binatang-binatang liar, perkemahan suku pengembara, atau pesawat lain yang mendarat lebih dulu. Elliot pun menrima penjelasan dari Ross. Setelah Elliot mengerti kemudian mereka beristirahat untuk menunggu pengisian bahan bakar pesawat mereka kan kembali melanjutkan perjalanannya.
Lima jam setelah mereka betolah dari Rawamagena, pemandangan pun mulai berubah. Setelah berada di Goma, yang terletak di perbatasan Zaire, mereka mulai melintasi ujung timur hutan raya Kongo. Elliot langsung memandang keluar jendela dan ia pun terkagum-kagum melihat pemandangan yang berada di luar pesawat.
Dalam cahaya pagi yang suram, ia melihat gumpalan-gumpalan kabut tipis menyelubungi atap dedaunan. Sesekali ada sungai berlumpur yang meliuk-liuk dan jalan tanah yang menyerupai garis merah. Tapi sebagian besar pemandangan yang di bawah kelihatan berupa hutan lebat, membentang sejauh mata memandang. Pemandangannya membuat hati menjadi kagum. Masing-masing pohonnya memiliki batang  berdiameter dua belas meter dan menjulang setinggi enam puluh meter.
Munro dan Kahega memandang keluar jendela. Mula-mula mereka hanya melihat iring-iringan jip hijau yang sedang menyusuri jalan berlumpur jau di bawah mereka. Sepintas kelihatannya seperti konvoi kendaraan militer. Pesawat mereka kini sedang terbang ke timur, menjauhi hutan raya Kongo dan mengarah ke daerah daratan tinggi berbukit-bukit.
Beberapa menit kemudian Elliot mendengar ledakan dan pesawat mereka terguncang keras. Elliot pun langsung berlari ke jendela dan melihat jalur uap putih yang membentuk garis lurus, diakhiri awan asap hitam  di sebelah kanan mereka. Pesawan Fokker itu membelok tajam dan miring ke arah hutan. Pesawat mereka kembali di tembak oleh peluru kendali dan pesawat itu pun terguncang
Sesuatu yang menyerang menyerang mereka adalah FZA atau Forcer Zairoises Armoises  yang merupakan angkatan bersenjata Zaire. Mereka menembak pesawat Ross dan timnya karena dianggap telah melanggar jalur udara Zaire.
Ketika pesawat mereka dalam keadaan bahaya. Munro mempunyai rencana untuk terjun dari pesawat menggunakan parasut karena Munro menganggap pesawat yang ditumpangi mereka sudah rusak parah. Mula-mula Ross menganggap rencana Munro terlalu berbahaya, namun meyakinkan Ross bahwa rencananya layak dicoba. Ross lalu menganalisa rencana Munro pada computer dan ternyata hasilnya cukup meyakinkan. Akhirnya mereka setuju untuk terjun dari pesawat menggunakan parasut. Setelah mereka menyiapkan parasutnya masing-masing, akhirnya mereka siap untuk terjun. Satu per satu dari mereka tejun dari pesawat sambil membawa peralatan-perlatan mereka. Pesawat Fokker di atas mereka pun terbang menjauh.
Setelah mereka sampai di bawah atau di hutan, mereka langsung mengumpulkan perlengkapan yang berserakan dan mengubur semua parasut. Dua puluh menit kemudian mereka mulai mengawali perjalanan sejau tiga ratus meter yang akan membawa mereka ke bagian timur Kongo yang belum pernah dijajaki.
Setelah pulih dari ketegangan akibat terjun menggunakan parasut, Elliot mulai menikmati perjalanan menembus hutan Barawana. Ia mulai menyukai situasi yang tengah dihadapinya. Segala sesuatu serba baru baginya. Ia asyik mendengarkan suara binatang-binatang penghuni hutan.
Satu jam kemudian mereka tiba di suati lapangan terbuka yang digunakan sebagai lading ubi kayu. Beberapa potong pakaian yang sedang di jemur tampak memgepak-ngepak karena tiupan angin lembut. Mereka sempat ketakutan karena sempat melihat suku Kigani, yang melakukan kanibalisme. Akan tetapi, Suku Kigani tidak sempat meilihat mereka, jadi Ross dan timnya terbebas dari Suku Kigani.
Keesokan paginya, mereka memasuki hutan tropis Kongo yang suram dan lembab. Ketika mereka sedang beristirahat mereka bertemu dengan seorang yang berasal dari Suku Pygmy yang keluar dari semak belukar, kemudian Munro berbicara kepada orang pygmy itu dan menanyakan apa menyebabkan mereka menghampiri Ross dan timnya. Orang pygmy itu sepertinya ingin menyampaikan sesuatu kepada mereka, kemudian orang pygmy itu memungut ranting kayu dan menggoreskan huruf-huruf besar di tanah yang becek. Orang pygmy itu menggambar dengan hati-hati, ternyata orang pygmy itu menuliskan “E R T S”. orang pygmy mengatakan ada seseorang yang memakai baju ERTS yang sedang sakit parah dan disimpan di desa mereka. Ross langsung memberiitahukan pada Munro untuk segera pergi ke desa orang pygmy itu. Akhirnya mereka pun pergi ke desa orang pygmy itu. Setelah lama berjalan akhirnya mereka sampai di desa orang pygmy itu. Setelah mereka sampai Ross dan timnya diajak ke tempat orang yang memakai baju ERTS itu, disana mereka menemukan pria berusia sekitar tiga puluh tahunan dan berjanggut sedanga duduk bersila di ambang pintu sambil memandang keluar. Setelah beberapa saat Ross menyadari bahwa orang itu adalah Bob Driscoll, salah seorang ahli geiologi yang ikut ekspedisi Kongo pertama, salah satu orang pygmy mengatakan bahawa Driscoll muncul empat hari yang lalu.
Dari empat hari yang lalu, Driscoll belum dapat berbicara belum bisa berbicara dan dia pun tak bergerah sedikit pun. Lalu Elliot maju untuk menpatap matanya, tapi ketika Elliot mendekat, Driscoll mengeritkan hidungnya, lalu seluruhnya menegang dan ia langsung menjerit dengan kencang. Elliot pun langsung terkejut dan langsung mundur, Driscoll pun kembali tenang. Orang pygmy mengatakan bahwa bau Elliot seperti gorila. Mungkin Driscoll merasa trauma dengan gorila atau sesuatu yang ada hubungannya dengan gorila. Merasa kaget dengan kejadian tersebut Ross tak dapat membawa Driscoll karena ia sangat sensitive terhadap gorila apalagi ada seekor gorila dalam ekspedisinya.
Dua jam kemudian mereka kembali melanjutkan perjalanan. Untuk melanjutkan perjalanan Munro mengusulkan untuk melewati Sungai Ragora menggunakan perahu karet. Mereka pun setuju dengan rencana Munro. Munro membagi mereka dalam dua perahu. Munro naik perahu yang pertama sedangkan perahu kedua diisi oleh Ross, Elliot, Amy, dan Kahega.
Selama dua jam pertama si sungai Ragora, tak ada yang membuat kesalahan. Elliot merasa luar bisaa tentram ketika duduk di haluan perahu, memperhatikan hutan di kedua sisi sungai dalam suasana hening. Kini sungai Ragora membelok. Mereka melewati sebuah tikungan dan mendengar bunyi gemuruh yang semakin keras. Laju kedua perahu itu semakin kencang, sehingga sukar memfokuskan perhatian pada dinding ngarai yang licin.
Berkali-kali perahu Munro yang di depan menghilang dari pendangan, kadang-kadang sampai bermenit-menit tersembunyi di balik gelombang raksasa yang diam di tempat. Di dasar ngarai yang tak terjangkau cahaya matahari, tiba-tiba kedua perahu itu terseret arus, membentur dinding karang, dan berputar-putar, sementara para penumpang mengumpat dan menghalau tebing-tebing dengan dayung yang dipegang oleh masing-masing. Akan tetapi arus air sungai Ragora terlau kuat sehingga mereka pun terjatuh dari perahu. Amy berbaring dalam posisi terlentang, terikat ke sisi perahu. Elliot terus dihantui ketakutan bahwa Amy akan tenggelam di tengah terjangan ombak, dan bukan itu saja cobaan yang diberikan oleh alam untuk mereka. Kawanan nyamuk yang haus darah menyerupai awan hitam di dasar ngarai yang bergejolak dan mengamuk meyerang mereka. Kedua perahu itu pun terhempas. Mereka berusaha terus mengeluarkan air dari perahu sambil mengepuk-ngepuk nyamuk. Akhirnya arus yang semula deras menjadi pelan dan dinding ngarai menjauh. Suasana di sungai Ragora kembali tenang dan mereka pun kembali beristirahat dengan tenang.
Mereka mengikuti arus selama satu jam sampai akhirnya mereka kembali berada di tengah hutan tropis Afrika yang datar, Sungai Ragora kini mengalir perlahan. Akhirnya menepi dari sungai Ragora dan memutuskan untuk kembali berjalan karena perahu yang mereka tumpangi sudah bocor dan tak layak pakai.
Pukul 10.00 dengan suhu dua puluh derajat celcius. Mereka meringkuk di bawah pohon-pohon cemara yang terletak di ketinggian  2.400 meter di lereng gunung Mukenko. Di ketinggian 2.700 meter tak terlihat lagi pohon-pohon cemara dan mereka mulai melintasi padang rumput yang di selubungi kabut dingin. Tak lama kemudian mereka mulai mencium bau belerang yang terbawa angin dari puncak. Pada malam harinya mereka melihat lahar membara di celah-celah kerak yang retak-retak dan gelap. Di tepi kawah tenda-tenda mereka memantulkan cahaya merah yang terpancar dari lahar. Hutan Kongo membentang berkilo-kilo meter di bawahnya. Mereke melihat kedua sinar laser hijau bersilangan di atas hutan gelap gulita.
Pada pagi harinya mereka sarapan dengan tenang. Mereka bersantai di bawah sinar matahari dan bermain-main bersama Amy. Baru pukul 10.00 mereka mulai menuruni lereng Mukenko ke arah hutan. Berhubung lereng barat Mukenko tak dapat dilewati karena terlau curam, mereka pun turun sejauh 750 meter di bagian dalam kawah gunung merapi yang berasap. Asari, pengangkut yang paling kuat terpaksa menggendong Amy karena batu-batu yang mereka lewati terlau panas untuk kaki telanjang Amy. Setelah berjalan beberapa meter dari puncak Mukenko, merekapun beristirahat untuk menghilangkan kelelahan.
Dua jam setelah beristirahat, mereka pun kembali melanjutkan ekspedisinya. Ketika mereka sedang melewati lapangan terbuka di tengah hutan, tiba-tiba meraka bertemu dengan gorila jantan yang muncul dari semak belukar. Gorila jantan itu berdiri di belakang mereka sambil mengeluh keras-keras untuk menggertak mereka. Gorila jantan itu sangatbesar dengan punggung bulu perak. Tinggi badannya lebih dari seratus delapan puluh sentimeter dan beratnya lebih dari dua ratus kilogram. Gorila itu berjalan dan mengeluarkan suara “ho-ho-ho” yang amat keras, kemudian gorila itu memukul-mukul dadanya dengan telapak tangan, kemudian gorila jantan itu menatap Elliot seakan-akan menyangka Elliot akan kabur terbirit-birit. Ketika melihat Elliot berdiri diam saja, gorila langsung bangkit dan memukul-mukul dada  dan meraung yang lebih keras lagi, tiba-tiba gorila itu menyerang Elliot. Akan tetapi Ross menolong Elliot dengan menerjang ke arah Elliot. Elliot melihat Ross menahan napas. Elliot ingin berbalik dan melarikan diri. Akan tetapi nalurinya mengatakan harus berbuat seperti Ross, akhirnya ia memakasakan diri untuk tidak bergerak  dan menahan nafas. Setelah beberpa lama mereka bagaikan patung akhirnya gorila itu pergi meninggalkan mereka.
Menjelang malam, mereka menemukan sisa-sisa perkemahan ERTS yang pertama. Perkemahan itu hampir tidak kelihatan karena sudah dirambati sulur-sulur tumbuhan , tak banyak yang tersisa. Mereka hanya menemukan bebepara robekan kain nilon berwarna jingga, panci alumunium yang penyok serta kamera video yang hancur. Rangkaian-rangkaian elektroniknyaberserakan di tanah. Mereka tidak menemukan satu mayat pun di perkemahan itu, mungkin mayat mereka telah dimakan oleh binatang buas. Mereka pun memutuskan untuk beristirahat di tempat perkemahan ERTS yang pertama.
Jam demi ham berlalu. Tak ada bunyi apapun selain obrolan Munro bersama anak buahnya. Waktu menunjukan pukul satu dini hari, tiba-tiba Munro mendengar bunyi napas dari semak belukar, mereka segera membidikkan senapan ke kegelapan yang mengelilingi mereka. Tiba-tiba seekor gorila menghampiri Elliot yang sedang duduk di belakang tenda, seketika Elliot langsung tiarap. Ternyata gorila yang menyerang mereka tidak hanya satu, gorila-gorila lainnya dating dari segala arah. Enam gorila menerjang secara bersamaan. Serangan dari gerombolan gorila itu dating secara bergelombang. Elliot melihat gorila pada dahan-dahan pohon yang membentang dari atas perkemahan. Munro dan Kahega berusaha menembak gorila-gorila tersebut dan berhasil menembak mati dua gorila. Elliot meraih tabung hitam pada tripod pertama dan mencabutnya, gorila itu menerjang Ellito ketika Elliot mencabut perendam suara dari tripod ketiga, lalu segera tiarap di tanah.
Suara senapan mesin yang memekakan telingan serta bubuk mesiu ternyata efektif untuk menghalau serangan dari gerombolan gorila tersebut. Sedikit demi sedikit grorila-gorila itu mundur dengan perlahan dan akhirnya gorila-gorila itu pun pergi, namun ada sebagian gorila yang tergeletak di tanah tang telah mayi akibat dari tembakan mereka.
Keesokan harinya, Elliot menghabiskan dua jam memeriksa gorila-gorila itu. Hasil pemerikasaan dari Ellior menunjukan bahwa gorila-gorila itu adalah jantan. Cirri yang paling menonjol adalah bulu mereka yang kelabu. Berdasarkan pemerikasaan gorila-gorila itu tak lebih dari sepuluh tahun.
Mereka semakin penasaran, apa yang menyebabkan gorila-gorila itu bisa menyerang manusia. Hal tersebut sama persis dengan apa yang dialami oleh para ahli geologi yang melakukan ekspedisi ERTS pertama. Mereka pun berusaha untuk menyelidiki hal tersebut.
Tempat yang paling tepat untuk mengawali penyelidikan adalah bangunan kuil. Sore harinya mereka pergi ke kuil yang berada di Kota Hilang atau Kota Zinj. Kota Zinj adalah kota yang tak berpenghuni akibat dari letusan gunung Mukenko beberaparatus tahun yang lalu dan kini gunung Mukenko masih tetap aktif dan akan terbangun dari tidurnya yang panjang. Disana mereka menemukan sederet ruangan kecil yang dihiasi oleh gambar-gambar. Gambar pertama menunjukan pria Afrika berdiri bersama gorila yang menggunakan tali pengikat leher, gambar kedua memperlihatkan orang Afrika yang sedang melatih gorila di pekarangan dalam, dan gambar terakhir menunjukan gorila-gorila menyerang barisan boneka jerami. Mereka kaget setelah melihat gambar-gambar tersebut, ternyata gambar tersebut menunjukan bahwa orang-orang Afrika dahulu melatih para gorila untuk melindungi tambang intan dan membunuh bagi siapa saja yang mengincar intan tersebut.
Setelah pergi meninggalkan kuil, mereka menyusuri lereng-lereng bukit di sebelah utara kota. Tak lama kemudian mereka menemukan jejak gorila, serta sarang-sarang yang berada di atas pohon. Munro gelisah dengan apa yang dilihatnya yang menunjukan beberapa pohon berisi dua puluh sampai tiga puluh sarang yang merupakan populasi gorila yang cukup besar. Sepuluh menit kemudian, mereka menemukan puluhan gorila kelabuyang sedang makan. Meskipun binatang-binatan tersebut tampak tenang, namun orang-orang yang memperhatikannya dicekam ketegangan karena begitu dekatnya dengan mereka. Akhirnya, Munro memberi aba-aba untuk segera meningggalkan tempat tersebut dan kembali ke perkemahan.
Pukul 22.30 mereka kembali ke perkemahan sambil diguyur hujan lebat. Lima menit kemudian, tiba-tiba mereka diserang oleh gorila-gorila liar, kedatangan mereka tak diketahui di tengah hujan yang lebat. Serangan mereka berlangsung cepat. Dalam beberapa detik saja mereka berhasil merobohkan pagar yang dibangun oleh Ross dan kawan-kawan. Munro, Kahega, dan Ross menembakan senapan laser, namun hasilnya tak seperti yang diharapkan. Kini semua orang terlibat dalam pertempuran yang dibarengi dengan hujan lebat. Ketika gorila itu sedang menghancurkan perkemahan dan menyerang mereka, tiba-tiba hutan Kongo dilanda gempa akibat aktifitas gunung Mukenko. Akibat adanya gempa tersebut, akhirnya gorila-gorila itu pergi meninggalkan mereka karena ketakutan. Ross dan dan timnya selamat dari gempa dan serangan gorila-gorila tersebut. Setelah gorila-gorila itu pergi dan gempa berhenti, Ross dan kawan-kawan kembali memberieskan perkemahannya dan kembali beristirahat.
Keesokan paginya seluruh perkemahan tertutup lapisan abu hitam tipis dan tampak gunung Mukenko sedang menyemburkan abu vulkanik. Sepanjang malam sampai pagi mereka selalu marasakan gempa yang ditimbulkan dari aktifitas gunung Mukenko. Namun Ross tak memperdulikan hal tersebut. Beberapa saat sebelum tengah hari upaya mereka selama ini akhirnya membuahkan hasil. Di bukit sebelah timur kota Zinj, mereka menimbulkan sejumlah terowongan yang menembus ke lereng gunung Mukenko. Di sana mereka menemukan tonjolan-tonjolan batu buram yang besar dan ternyata tonjolan-tonjolan tersebut adalah barang berharga yang selama ini mereka cari yaitu intan tipe IIb. Dengan menggunakan parangnya, Munro dan Kahega langsung mencungkil dan memukul-mukulkan parangnya ke tonjolan-tonjolan itu. Ia langsung memperoleh enam ratus karat intan dan memasukannya ke dalam kantung. Kemudian mereka memasang bom untuk menghancurkan intan tersebut, setelah bom itu siap diledakkan, mereka pun pergi meninggalkan terowongan tersebut. Dan terdengar suara ledakan dari dalam terowongan serta intan-intan berhamburan. Mereka pun segera mengambil intan-intan tersebut. Akan tetapi kesenangan mereka tak berlangsung lama. Kawasan Virungga, di Kongo dilanda gempa 8 skala Ritcher, mereka pun segera meninggalakan tempat tersebut.
Satu jam kemudian mereka sampai di tempat yang lebih tinggi, dari sana mereka menatap kota yang terselubung asap dan menyaksikan sederetan pohon mendadak menyala akibat aliran lahar. Mereka mendengar raungan-raungan kesakitan gorila-gorila dan binatang-binatang lainnya.
Setelah abu vulkanik mulai menyurut, mereka langsung menuju bangkai pesawat C-130. Dalam waktu enam jam mereka sampai di tempat bangkai pesawat C-130. Di sana mereka menemukan balon gas yang dapat membawa mereka pulang, mereka pun mencoba menyalakan balon gas tersebut dan ternyata berhasil. Akhirnya balon tersebut terangkat pada ketinggian 600 meter dan terbawa ke arah timur, menjauhi hamparan hutan belantara, melintasi kawah Mukenko. Dan dari sana balon itu menyebrangi perbatasan Zaire dan dan terbawa ke arah tenggara dan menuju Kenya. Dari sana mereka pun selamat dan dapat kembali dengan selamat membawa beberapa ratus karat intan murni.
Tanggal 23 Oktober 1979, Karen Ross mengundurkan diri dari ERTS dan pindah ke US Geographical Servicer di South Dakota yang terlibat dalam kegiatan yang berkaitan dengan pihak militer. Lalu ia menikah dengan John Bellingham, seorang ilmuan dari EDC
Tanggal 30 Oktober, Peter Elliot mengambil cuti tanpa batas, di Barkeley Departement of Zology, sedangkan Amy bis bebas berkeliaran di hutan bersama teman-temannya.
Munro berhasil memperoleh keuntungan besar setelah ia menjual 31 karat intan tipe IIb di bursa Amsterdam pada akhir tahun 1979. Intan-intan tersebut dibeli oleh Intel. Inc, sebuah perusahaan mikronik Amerika.

1 komentar:

Komentarmuu...???