SINOPSIS NOVEL “SUCI”
Siang hari yang
terik dan panas menyelimuti SMA Negeri Tunas Harapan, terlihat banyak
murid-murid yang mengipas-ngipas badan. Ada yang memakai buku Sosiologi,
Geografi pokoknya apa saja yang penting bisa menghilangkan keringat, mereka
sedang asyik membaca komik, ngobrol-ngobrol, atau hanya sekedar memainkan
telepn genggam. Itulah yang terjadi di kelas III IPS 2.
Pak
Syamsul, guru yang seharusnya mengajar, saat ini tidak bisa mengajar
dikarenakan sedang mengikuti penataran. Memang ada tugas yang diberikan oleh
Pak Syamsul, akan tetapi anak-anak selalu mengerjakan tugas tersebut di rumah
apalagi tugasnya dikumpulkan satu minggu lagi.
Di
tengah suasana yang semakin panas, mungkin hanya Suci yang mau mengerjakan
tugas tersebut, akan tetapi hal tersebut tak bertahan lama karena rasa kantuk
mulai menyerangnya. Tak lama kemudian Suci pun menguap dan hampir tertidur.
Tiba-tiba
teman sebangku Suci yang bernama Siska mengagetkannya, ketika ia tahu
bahwa Suci mulai mengantuk, Siska mengajak Suci untuk pergi ke kantin, akan
tetapi Suci langsung menolak ajakan Siska karena Suci masih ingin mengerjakan
tugas yang diberikan olek Pak Syamsul. Siska terkejut dengan pernyataan Suci yang menolaknya pergi ke kantin, Siska
tetap mengajak Suci ke kantin, akan tetapi Suci tetap menolak ajakan Siska.
Akhirnya, Siska menyerah untuk mengajak Suci, Siska pun mengajak Lili, Winda,
dan Nita untuk pergi ke kantin. Suci tidak mau pergi ke kantin karena dia
memang tidak punya uang untuk membeli sesuatu, uangnya hanya cukup untuk ongkos
dia pulang.
Ada
sesuatu yang paling tidak disukai oleh Suci yaitu tidak punya uang. Hal
tersebut mungkin bukan hanya tidak disukai oleh Suci tetapi oleh semua orang.
Hal tersebut kini sedang menimpa Suci dan keluarganya. Suci teringat ketika
pemilik kontrakan menagih uang sewa rumah yang sudah terlambat satu minggu.
Pemilik kontrakan tersebut sangat marah. Namun, ibu Suci memohon dengan sangat,
akhirnya pemilik kontrakan memberi tempo satu bulan. Kalau satu bulan lagi
tidak membayar maka Suci dan keluarganya haru meninggalkan kontrakan tersebut.
Ketika
Suci sedang memikirkan kondisi keluarganya, tiba-tiba ada seorang wanita yang
bernama Agnes melintas di depannya dan menuju ke depan kelas. Dengan keras ia
memukul-mukulkan penggaris ke papan tulis dan semua orang tertuju padanya. Lalu,
ia memberikan isyarat kepada Bayu, sang ketua kelas untuk mengumumkan sesuatu.
Seketika Bayu langsung menuju ke depan kelas dan memberikan pengumuman bahwa minggu
depan ada yang berulang tahun yaitu Agnes dan sekaligus akan mengumumkan
pasangan barunya.
Merasa
tak pantas untuk datang ke ulang tahun Agnes, Suci langsung mengngngkat Kakinya
dan berjalan menuju perpustakaan. Ketika di perjalanan menuju perpustakaan Suci
bertemu dengan Pierre , murid yang baru pindah dari Paris. Seketika Pierre
langsung memberikan senyuman kepada Suci. Suci pun membalas senyuman tersebut
dan ternyarta senyuman dari Pierre masih terbayang di benak Suci ketika ia
sedang berada di perpustakaan.
Setibanya
di rumah, Suci melihat adiknya, yaitu Murni sudah datang lebih dahulu dan telah
menyelesaikan makannanya. Setelah membersihkan piring yang kotor, Murni
berbicara pada Suci bahwa ia akan mencari pekerjaan untuk menambah penghasilan.
Murni akan mengajar TPA di mesjid. Honornya memang tidak cukup untuk melunasi sewa
rumah tapi setidaknya cukup makanan sehari-hari.
Tak
ada jalan lain, Suci juga harus bekerja, tapi dia tidak bisa mengajar di TPA.
Ketika ia sedang duduk di tepi ranjang, ia teringat kepada Kak Ayu, gadis yang
rumahnya hanya berselang tiga rumah dari kontrakan Suci dan bekerja sebagai
pelayan restoran. Suci akan meminta tolong untuk menjadikan Suci menjadi
pelayan di restoran tempat Ayu bekerja.
Keesokanharinya,
Suci langsung menemui Kak Ayu di rumahnya, ia langsung menceritakan tentang
masalah keluarganya dan meminta tolong untuk mencarikan pekerjaan untuknya. Kak
Ayu langsung merespon permintaan Suci dan akan menanyakan kepada pemilik
restoran apakah ada lowongan pekerjaan. Suci pun merasa sangat bahagia
sekaligus penasaran tentang kabar
selanjutnya.
Sepulang
dari rumah Kak Ayu, Suci merasa gembira. Bahkan di sekolah pun ia merasa lebih
bersemangat, sampai-sampai teman-teman Suci curiga. Waktu belajar pun berakhir,
semua murid bergegas meninggalkan sekolah termasuk Suci. Suci pun berjalan
menuju gerbang. Ketika Suci sedang menunggu angkot, tiba-tiba Pierre datang dan
menghampirinya dan menawarkan Suci untuk pulang bersama, akan tetapi Suci
menolaknya tetapi Pierre tetap memaksa untuk pulang bersama. Akhirnya, Suci
menerima tawaran dari Pierre dan meraka pun pulang bersama. Ketika sedang di
perjalanan Suci merasa senang tapi Suci malu kalau Pierre tahu keadaan rumahnya
yang berada di kawasan kumuh. Sebelum Pierre mengetahui keadaan rumahnya Suci
langsung menghentikan kendaraan Pierre di kawasan elit.
Setelah
pergi dari Pierre, Suci langsung menuju warung Bu Yati untuk mengambil uang
hasil kue yang di titipkan dari Suci dan Murni. Setibanya di warung, Suci
bertemu dengan Kak Sita yaitu anak tunggal Bu Yati. Kak Sita menatap kedua
wadah kue yang dititipkan Suci dan Murni dan ternyata kuenya habis terjual. Suci
pun bertambah senang dan ia menerima uang sesuai kue yang terjual.
Setelah
pulang dari warung, Suci langsung pergi ke umah Kak Ayu untuk mengkomfirmasi
apakah ia diterima bekerja atau tidak? Ketika Suci berada di depan rumah Kak
Ayu, ia dikagetkan oleh Ayu yang ternyata sudah ada di belakangnya. Suci pun
langsung menanyakan tentang pekerjaan tersebut. Ayu pun menjawab ternyata Suci
diterima bekerja tetapi bukan sebagai pelayan melainkan sebagai penyanyi. Suci
pun merasa senang mendengar hal tersebut dan besok Suci sudah bisa mulai
bekerja di restoran pada malam hari.
Setibanya
di rumah Suci langsung menceritakan tentang pekerjaan barunya kepada Ibunya.
Ibunya kaget setelah mendengar hal tersebut dan langsung tidak mengizikan Suci
untuk bekerja di restoran tersebut. Ibunya tidak mengizinkan karena pekerjaan
tersebut tidaklah cocok untuk seorang perempuan. Ibunya menganggap pekerjaan
tersebut sangatlah melecehkan kaum perempuan. Akan tetapi dengan sabar Suci meyakinkan
ibunya tentang pekerjaan tersebut, namun ibunya tetap menolak, akan tetapi
setelah beberapa lama akhirnya, ibunya mengizinkan Suci untuk bekerja di
restoran tersebut, asalkan Suci dapat menjaga diri.
Sore
hari pun tiba, Suci dan Kak Ayu datang ke restoran tempat Kak Ayu bekerja.
Setelah mereka berada dalam restoran, mereka bertemu dengan pemilik restoran
yang bernama Anton. Tak lama mereka berbicara, Pak Anton langsung memberi
isyarat agar Suci dapat segera dites kemampuan vokalnya. Suci pun langsung naik
ke atas panggung dan langsung bernyanyi. Setelah tiga lagu ia nyanyikan, Pak
Anton memberi isyarat untuk berhenti. Pak Anton cukup puas dengan tes yang
dilakukan oleh Suci dan langsung menyuruhnya untuk mengganti pakaian. Suci
langsung menuju ruang tata busana dan ia bertemu dengan Ria, sang pinata
busana. Ria mengatakan bahwa ketika sedang bernyanyi di hadapan pengunjung, Suci
harus mengenakan pakaian yang agak terbuka. Suci pun kaget mendengar hal
tersebut, dan batinnya pun sangat menolak, akan tetapi inilah tuntutan
pekerjaan jika tidak dilakukan mungkin para pengunjung tidak akan puas dengan
penampilannya. Suci pun terpaksa memakai pakaian yang agak terbuka.
Pukul
tujuh para pengunjung mulai berdatangan. Kak Ayu dan para pelayan lainnya mulai
melayani pesanan para tamu. Setelah dua temannya selesai melantunkan beberapa
lagu, akhirnya giliran Suci untuk bernyanyi. Dengan hati yang berdebar-debar Suci
naik ke atas panggung dan melantunkan sebuah lagu. Ketika ia sedang bernyanyi,
ia dihampiri oleh salah seorang pengunjung yang meminta Suci untuk menemainya.
Awalnya Suci menolak, akan tetapi ia terpaksa menerimanya dari pada ia dimarahi
oleh Pak Anton. Setelah Suci selesai melantunkan lagu, pria tersebut memberikan
uang tip dengan jumlah yang cukup besar kepada Suci. Suci pun mearasa senang
tetapi ia merasa ada yang janggal di hatinya ketika ia menerima uang tersebut.
Usai Suci bernyanyi, Kak Ayu dan Suci menemui Pak Anton di kantornya dan
ternyata Pak Anton sangat puas dengan penampilan Suci mala ini.
Suci
pun pulang ke rumah dengan hati bahagia. Setelah ia berada di rumah, ia
langsung memperlihatkan hasil penghasilannya pada Murni. Murni terkejut melihat
uang yang diperlihatkan oleh Kakaknya dan bertanya-tanya. Suci tidak menjawab,
ia hanya tersenyum dan langsung merebahkan badannya ke tempat tidur.
Esok
harinya, suasana kelas saat jam istirahat masih ribut seperti baisa. Suci masih
memikirkan pekerjaan barunya. Ketika Suci sedang memikirkan pekerjaan barunya,
tiba-tiba ia mendengar suara gemas Lili sambil memukul bahu Nita. Lili terkejut
ternyata majalah yang dibacanya menampilkan seorang model yang ternyata adalah
Nita. Ternyata Nita mengikuti lomba Gadis Model dan ia berhasil memenangkannya.
Siska dan Lili tampak iri melihat foto-foto Nita yang berada di majalah.
Esok
harinya, di kelas sudah ramai membicarakan tentang pesta ulang tahun Agnes
semalam. Semalam Agnes mengumumkan bahwa pacar barunya adalah Pierre tapi Pierre tidak mau mengakui dia pacarnya Agnes.
Agnes pun sangat terpukul dan malu dengan pernyataan Pierre. Pierre hanya
menganggap Agnes teman bisaa. Tak berapa lama, bel berbunyi. Guru matematika masuk
kelas untuk mengajar pelajaran pertama. Bangku yang diisi oleh Agnes masih
kosong. Lima belas menit kemudian terdengar pintu diketuk oleh salah seorang
siswi yang ternyata adalah Agnes yang datang dengan muka pucat.
Bel
tanda pulang pun berbunyi, Suci langsung menuju gerbang sekolah dan berdiri
menunggu angkot. Tiba-tiba Pierre datang dan menghampiri Suci dan menawarkan
untuk pulang bersama, akan tetapi Suci menolak ajakan dari Pierre dengan
tatapan marah, tampaknya Suci masih marah kepada Pierre karena Suci merasa Pierre
telah mempermainkan perasaan Agnes. Tetapi Pierre mengelak bahwa ia tidak
mempermainkan Agnes. Mereka pun terus membicarakan tentang kejadian di ulang
tahun Agnes semalam. Akhirnya, setelah Pierre menjelaskan tentang apa yang
sebenarnya terjadi akhirnya Suci mengerti, Suci tak lagi menyalahkan Pierre .
tak beberapa lama mereka pun pulang menuju rumah Suci.
Malam
harinya, Suci kembali ke restoran untuk bekerja dan seperti bisaa Suci
mengenakan pakaian yang ketat. Tak beberapa lama Suci mendapat giliran untuk
bernyanyi. Ia langsung naik ke atas panggung, tidak seperti bisaanya kali ini Suci
bernyanyi kurang maksimal sampai-sampai ia dipanggil oleh Pak Anton. Suci pun
murung setelah dipanggil oleh Pak Anton dan ia langsung pergi menuju ruang
pakaian untuk mengganti pakaiannya. Setelah itu Suci langsung pulang dan
setibanya di rumah Suci masih tidak bisa melupakan kejadian yang telah
dialaminya ketika di restoran.
Suasana
hati Suci yang semalam masih terbawa hingga pagi ini di sekolah, bahkan ketika
sedang belajar pun ia tidak konsentrasi karena masih memikirkan kejadian tadi
malam. Waktu istirahat pun tiba, seperti bisaa Siska langsung melahap gorengan
yang dibelinya dari kantin dan tanpa sengaja saus yang dipegang oleh Siska
tumpah ke roknya Suci. Rok Suci pun menjadi kotor dan langsung pergi ke toilet
untuk membersihkan roknya yang kotor. Ketika berada di toilet tiba-tiba seorang
wanita memeluknya sambil menangis, ternyata wanita itu adalah Nita. Suci
melihat wajah Nita yang penuh dengan air mata, ternyata Nita sedang ditimpa
musibah. Setelah Suci membujuk Nita untuk bercerita, akhirnya Nita mau
bercerita. Setelah Suci mendengarkan cerita dari Nita, Suci sangat terkejut
ternyata Nita telah diperkosa oleh salah seorang fotografer majalah yang
menjadikan ia modelnya. Suci pun tak menyangka hal tersebut bisa terjadi pada
Nita.
Esok
harinya, Nita tak datang ke sekolah. Tak lama kemudian Suci dan teman-temannya
mengetahui kabar tentang Nita, ternyata Nita nyaris bunuh diri mungkin karena
ia merasa trauma akibat musibah yang diterimanya. Setelah pulang sekolah Suci
dan teman-temannya pergi ke rumah Nita, setelah tiba di rumah Nita, mereka
bertemu dengan ibunya Nita, ibunya langsung menemukan Suci dan teman-temannya
kepada Nita. Ibunya bercerita bahwa setelah Nita mendapatkan musibah tersebut
sikapnya langsung berubah seratus delapan puluh derajat, sekarang Nita menjadi
lebih murung bahkan ia nyaris bunuh diri dengan menggoreskan silet di
lengannya. Suci pun teringat dengan pekerjaannya, dia takut musibah yang sama akan tejadi pada dirinya.
Setibanya di rumah, Suci masih
teringat dengan musibah yang ditimpa oleh Nita. Tanpa sengaja ia melihat sebuah
buku yang terletak di ranjang Murni yang berjudul “Wanita dan Hijab” yang
berisi tentang kesucian seorang wanita, setelah membaca isi dari buku tersebut Suci
menangis dan ia mempertanyakan tentang pekerjaannya. Ketika sedang membaca
tiba-tiba pintu depan diketuk dan ternyata yang mengetuk pintu adalah Kak Sita
yang memberi kabar bahwa ibu Suci sedang dirawat di rumah sakit karena ia
pingsan saat bekerja, mendengar kabar tersebut Suci langsung pergi ke rumah
sakit. Setibanya di rumah sakit Suci langsung memeluk ibunya.
Malam hari kembali datang. Suci
bersiap-siap untuk bernyanyi dengan menggunakan pakaian agak terbuka. Ketika
sedang bernyanyi, ia dihampiri oleh seorang pria yang sedang mabuk yang ingin
menemaninya bernyanyi. Suci pun seolah-olah tidak memperdulikan pria tersebut, Suci
hanya fokus bernyanyi akan tetapi pria tersebut semakin mendekati Suci dan
berbuat yang sudah di luar keajaran, Suci pun dengan refleks menampar pria
tersebut, tak lama Pak Anton datang dan bukannya menasehati pria tersebut, Pak
Anton malah menampar Suci dan langsung memecatnya. Suci pun langsung berlari
menuju ruang ganti pakaian dan langsung mengganti pakaiannya, setelah itu ia
langsung pergi dari restoran tersebut.
Setibanya di rumah, Suci melihat Murni
dengan dengan mata yang berkaca-kaca dan langsung memeluk Murni. Suci menyesal
karena ia telah melalaikan nasehat-nasehat dari Murni, Suci pun meminta maaf
kepada Murni dan Murni pun memaafkannya. Setelah mereka berpelukan, Murni
bercerita bahwa ia telah dipinjami uang oleh Bu Ratmi yang jumlahnya cukup
untuk melunasi kontrakan.
Kesokanharinya, Suci berangkat
sekolah dengan menggunakan jilbab untuk pertama kalinya. Setelah ia berada di
sekolah, teman-temannya terkejut dengan penampilan Suci. Tak lama Suci
dipanggil oleh Pierre dan mengajaknya berbicara. Ternyata Pierre menawarkan Suci
untuk menjadikannya lebih dari sekedar sahabat, akan tetapi Suci langsung
menolaknya karena Suci belum siap dan masih ingin berusaha untuk mencapai
cita-citanya.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentarmuu...???