“Samenan sebagai Tradisi Hari Kenaikan Kelas
Madrasah”
Oleh Reza
Azhari
Hari kenaikan kelas bagi para siswa merupakan hari yang
sangat ditunggu-tungu dan sangat bararti, karena setelah sekian bulan belajar
di sekolah akhirnya mereka bisa naik kelas yang tentu ,emjadi kebanggan
tersendiri bagi mereka. Dalam acara kenaikan kelas ini banyak kegiatan-kegiatan
yang dilakukan. Khususnya bagi sekolah agama atau madrasah sering disebut
sebagai samenan.
Istilah “samenan” sebagai suatu istilah untuk menunjuk
pada pesta kenaikan kelas, bukan asli dari bahasa Sunda. Istilah tersebut
diangkat dari bahasa Belanda. Dalam bahasa Belanda dikenal dengan kata “samen”
yang artinya bersama. Karena pada
pesta kenaikan kelas, semua guru dan orang tua serta seluruh murid “berkumpul bersama” mengikuti acara, maka dikenallah sebutan samen atau samenan.
pesta kenaikan kelas, semua guru dan orang tua serta seluruh murid “berkumpul bersama” mengikuti acara, maka dikenallah sebutan samen atau samenan.
Samenan atau bisa disingkat samen merupakan kegiatan
tahunan sebagai acara kenaikan kelas yang dilakukan di sekolah-sekolah agama
(Madrasah) sebelum memasuki bulan Ramadhan. Biasanya acara samen ini
berlangsung selama dua atau tiga hari. Bedanya dengan acara kenaikan kelas
sekolah-sekolah Negeri yang biasanya dilakukan setiap bulan Juni sebelum libur
semester. Hal ini tidak jauh berbeda bagi anak-anak karena semen memang
dijadikan pula sebagai kegiatan untuk menyambut Lebaran yang segala sesuatunya
harus dipersiapkan dengan matang.
Sebulan sebelum samen, pihak sekolah biasanya suka
mengadakan rapat bersama orang tua murid. Untuk membicarakan apa saja yang akan
dipertontonkan untuk ketika samen dan bisa membahagiakan murid-miridnya,
seberapa besar biaya yang akan dikeluarkan oleh orang tua murid untuk membiayai
samen, dan siapa saja yang akan menjadi pengisi acara dalam acara samenan
tersebut.
Sebelum samen, biasanya para warga membuat kreasi seni
seperti kendaraan hias, replika binatang yang berkuran raksasa, dan kreasi
lainnya. Mereka mengolah bambu dan kertas semen menjadi replika hewan raksasa,
atau bentuk menarik lainnya. Hal itu mereka tunjukan guna memberikan motivasi
dan semangat bagi anak-anak dan warga tentang pentingnya pendidikan. Dalam acara
samen yang diadakan setiap tahun tersebut, mereka selalu mengadakan pawai
keliling yang dan melakukan adu kreasi dengan membawa dua duplikat hewan
raksasa sebagai pengiring arakan.
Sedangkan, para guru biasanya membuat lesengan atau
sebuah pidato yang tidak terlalu panjang untuk dihafalkan oleh murid-murid,
namun bagi murid yang memiliki kelebihan di atas rata-rata biasanya suka diberi
lesengan yang cukup panjang. Naskah lesengan biasanya ditulis
dalam tulisan Arab tetapi menggunakan bahasa Sunda dan harus dihafalkan oleh
murid-murid. Ngaleseng merupakan salah satu ujian untuk memperlihatkan
kemampuan murid dalam berbicara dan berdakwah seorang murid. Sekaligus melatih murid
untuk menjadi pemberani dan tidak malu-malu serta bisa berdiri di hadapan orang
banyak. Sebab, tidak sedikit anak-anak yang masih demam panggung ketika ngaleseng.
Ngaleseng merupakan kata yang berasal dari bahasa Inggris yakni “lesson”
yang artinya “materi”, akan tetapi karena lidah orang Sunda sulit
mengucapkannya, maka lesson dibaca
menjadi lessen yang kemudian lama-kelamaan menjadi leseng, untuk
memudahkan pengucapannya dan mudah diingat pula.
Ada tiga kegiatan inti dari acara samen ini, diantaranya
hari pertama acara pawai, dan hari kedua acara ngaleseng dari para murid
dan acara perpisahan dari murid kelas enam. Hari pertama samen, dimulai dengan
pawai arak-arakan yang menampilkan beberapa kreasi yang dibuat oleh warga.
Dalam pawai tersebut, mereka berjalan sejauh lebih dari lima kilo meter bersama
murid-murid madrasah yang dibarengi dengan sekelompok Marching Band untuk
menambah suasana keramaian saat melakukan pawai. Kebiasaan pawai arak-arakan
ini telah berlangsung sejak tahun 1950-an, namun bedanya pada waktu itu pawai
hanya sekedar berjalan saja yang menempuh jarak lebih dari 2 km dan tak ada yang
memakai kendaraan. Mulai tahun 1980-an, pawai mulai menggunakan kendaraan dan
menampilkan beberapa kreasi hasil buatan warga sekitar.
Hari kedua, dilanjutkan dengan acara pidato dari
anak-anak atau ngaleseng. Ngaleseng
dilakukan oleh murid-murid satu persatu dimulai dari kelas satu sampai
kelas enam tanpa menggunakan teks. Biasanya naskah lesengan berisi
dakwah-dakwah, Kadang mengutip ayat-ayat al-Quran, diselngii hadist Nabi atau
syair Arab dan qaul ulama. Hampir selama 15 menit murid berdiri di atas
panggung yang sedang ngaleseng. Menjelang sore atau setelah Ashar, para
siswa kelas enam menggelar acara perpisahan sebagai tanda perpisahan karena
mereka telah lulus dari madrasah dan akan menjadi alumni, biasanya acara ini
diseling dengan nyanyian-nyanyian khas daerah Sunfa seperti, pileuleuyan dan
sapu nyere peugat simpai. Acara ini berlangsung khidmat dan bercampurnya
rasa sedih dan bahagia bagi anak murid kelas enam.
Kegiatan-kegiatan dalam acara samenan tentu bukan hanya
pawai dan ngaleseng saja, masih banyak lagi kegiatan hiburan lainnya seperti,
pupujian, tarian daerah, bernyanyi,
pembacaan puisi, qashidah, tabligh akbar, dan lain sebagainya. Tentu dari
sekian banyak kegiatan dalam acara samenan madrasah ini, kita berharap agar
acara samenan ini bisa menjadi tradisi yang terus dipertahankan, lebih baik
lagi dari samen sebelumnya, dan bisa meningkatkan rasa kekeluargaan diantara
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Justiadi, D. (2011). Samenan di Sakola
Panjang. [Online]. Tersedia: http://desakukenang.blogspot.com/2011/11/samenan-di-sakola-panjang.html. [17 Agustus 2013]
Warsa. (2013, 18 Juni). Kolom Basa Sunda:
Samen Baheula. Kompasiana [Online]. Tersedia: http://sosbud.kompasiana.com/2013/06/18/kolom-basa-sunda-samen-baheula-570017.html
. [16 Agustus 2013]
___________________. (2012, 12 Juni). Sambut
Samen, Warga Adu Kreatif. Radar Sukabumi. Radar Sukabumi [Online].
Tersedia: http://radarsukabumi.com/?p=13605. [16 Agustus 2013]
Menurut Kamus Belanda, samen memang berarti beriringan. Namun awal mula kata samen itu terlahir darimana?
BalasHapuskarena pada awalnya, acara tersebut dinamakan imtihan namun ada pergeseran kata menjadi samen.
kalo boleh tau darimana ya?